Sabtu, 01 Desember 2012

Waktumu terbatas (repost)


Waktumu terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjadi orang lain. Jangan terjebak dengan dogma, yakni hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan riuhnya opini orang lain menenggelamkan suara hatimu (Steve Jobs)
Mengawali tulisan kali ini, sebagai pembuka, setelah setahun menghilang, saya sengaja mengutip kata-kata pendiri apel yang dikabarkan sudah meninggal sebagai pelajaran penting bagi kita yang masih bernafas.
Kalau saya boleh sebut, seratus persen pernyataan beliau adalah sangat akurat kebenarannya. Bukan hal yang harus ditutupi lagi bahwasanya setiap mimpi yang dimiliki oleh manusia yang bergerak di muka bumi ini tidak sepenuhnya akan bisa diterima oleh orang lain, sedekat apapun hubungan sosial si pemilik mimpi dengan orang-orang yang menyalahkan atau meremehkan mimpi-mimpinya tersebut. Sebagai contoh nyata, saya ingin berbagi kisah saya sendiri, supaya tidak dianggap menuliskan kabar HOAX.
Ceritanya begini, pada suatu hari (gaya anak SD bercerita),  selama dua tahun belakangan ini saya seperti diingatkan akan mimpi lama saya, mimpi lama yang saya tanam sejak SMA, yaitu terjun di bidang tulis menulis. Awalnya, sejak SMA, saya ini sudah keranjingan menulis, di setiap jam istirahat, dimana lazimnya siswa-siswa keluar ruangan untuk sekedar mengisi perut, saya malah lebih sering berada di kelas, menggerakkan pulpen yang saya punya dan baru akan berhenti ketika bel masuk berbunyi. Pertama kali yang saya tulis adalah puisi, lalu lambat laun merambah ke cerpen hingga akhirnya, hari ini dua naskah panjang seratusan halaman lebih yang sedang saya rancang selesai. Namun, selesai dalam tanda kutip alias perlu revisi panjang, hehe, mohon do’anya ya, agar ada penerbit yang berminat.
Nah, jadi , sewaktu mulai nulis kembali, banyak opini orang yang saya dapati menjatuhkan. Bahkan, kalau boleh menyebut kasar, memang ingin mematikan apa yang sedang saya jalani. Tak sedikit orang-orang yang meremehkan mimpi saya terjun ke dunia tulis menulis sebelum menyelesaikan S-1. Saya, yang memang terkenal cuek dengan kekuatan beberapa orang didekat saya yang mendukung sepenuhnya apa yang saya kerjakan, memilih tetap berjalan ke depan, tanpa mau melirik kiri dan kanan, memasang kacamata kuda, pasang sumbat telinga. Karena dalam sebuah mimpi yang kita yakini keberadaannya menjadi nyata, saya percya tumpang tindih cobaan memang akan hadir. Bisa saja sebagai jawaban dari langit, sejauh mana kamu bertahan dengan keyakinan yang kamu punya. Jika hanya dengan badai kecil seperti ini (hujatan, makian, ejekan, dll) kamu tidak mampu bertahan, bagaimana nantinya, saat kamu berada di posisi yang ingin kamu raih. Jangan-jangan begitu naik podium, kita langsung terguling, menggelinding, digilas, lalu mati. Percayalah, bahwasanya di setiap deras dan guntur yang membadai akan ada pelangi kebahagian di ujungnya, yang sabar yaaa.
Setahun yang lalu, saya sama-sama mengejar ketinggalan tugas akhir bersama teman-teman kampus. Saat itu saya merasakan ada perbedaan yang sangat mencolok antara saya dan mereka dalam hal mimpi. Memang apa yang mereka sarankan tidak salah, namun jikalau saja saya menerima mentah-mentah saran mereka untuk fokus saja ke kuliah dulu, OH, tentu saja sekarang saya sudah kehilangan arah berjalan. Dengan tegas, selalu, siapapun yang bertanya, kapn kamu tamat, insyaAllah jika saya sudah punya buku, jawab saya mantap. Berkali-kali kalimat ini saya keluarkan.  Bukankah ucapan adalah sebuah do’a. Nah, jadi tak salahkan mendo’akan yang baik buat diri sendiri.
Lagipula, setahu saya seseorang yang bisa fokus terhadap banyak hal sekaligus semaki sedikit ditemukan. Memilih satu saja hal yang ingin dikerjakan secara serius dalam satu waktu adalah resep sukses yang saya pelajari dari kebanyakan orang di negeri ini, dan juga orang-orang sukses di luar sana. Hingga akhirnya, dengan segala tekanan dan suara, melalui sms, ataupun telepon, saya tetap memilih menyelesaikan apa yang saya pilih saat itu. Menyelesaikan halaman tebal pertama sambil terus menikmati kabar bahwasanya beberapa tulisan saya dimuat dalam sekitar 4 atau  lima antologi. Dan akhirnya, di akhir tahun lalu, halaman panjang pertama tuntas. Lalu dengan segala ketinggalan akan tugas akhir, saya yang akhirnya bisa fokus total, karena sudah punya satu modal untuk mimpi yang saya bangun, akhirnya bisa selesai dalam hitungan bulan saja. Ide-ide segar mengalir setelah blockade perihal mimpi yang saya anggap lebih urgent saat itu selesai saya lewati.  Alhamdulillah ramadhan kemarin setelah menunggu beberapa bulan jadwal wisuda, akhirnya saya resmi menjadi seorang Sarjana teknik.
Setidaknya sekarang setelah ijazah resmi di tangan, tepat seminggu yang lalu, saya tahu kemana saya akan berjalan. Setengah hari di awal nulis, setengah hari bagian kedua kerja kecil-kecilan—ceritanya nambah relasi.
Pesan saya, tanpa maksud menggurui, jika memang anda punya mimpi yang begitu tinggi segera gunakan kapas di telinga, sumbat sedalam mungkin agar suara sumbang di luar sana, tidak merobohkan bangunan mimpi yang sedang anda susun. Teruslah berjalan, percayalah mimpi yang besar yang dikerjakan secara fokus, akan membimbing anda menemukan jalan berbinar dengan orang-orang yang mungkin sebelumnya tidak anda kenal, tiba-tiba muncul merangkul mimpi anda.
 So, lupakan mereka pematah mimpi. Paling-paling cuma ngantar sampai di depan kuburan doang!!! :D
Selamat meraih mimpi teman. Terimakasih sudah berkunjung. Akan segera blogwalking, InsyaAllah
gambar diambil dari hmjmfeunsoed.wordpress.com
catatan lama 10 oktober 2011

0 komentar:

Posting Komentar