Minggu, 04 Mei 2014

Ketika Ramadhan kian merapat

sumber gambar
Hei, kau yang merengut, memasang muka kusut saban hari. Kukira sudah saatnya melepaskan satu dua beban yang menggantung selama ini.  Jangan sampai kau memasuki Ramadhan yang sekejap lagi tiba dengan wajah berlipat seperti ini.

Ra’jab sudah berbilang hari munculnya dan aku tahu di antara sekat hatimu yang kian berkerak akibat dosa yang terus mengalir, sementara pengikisnya berupa amal kebaikan sangat sedikit yang kau lakonkan, kau merasa tak layak memasuki gerbang cahaya itu. Kau dengan segala kesalahan yang sampai detik ini masih kau gotong, merasa pintu itu terlalu mulia untuk kau masuki. Mengingat dosa-dosa menahun , pun bulanan bahkan harian yang masih kau tindak-tandukan dengan begitu gemilang. 


Lisanmu kerap menyakiti, buruk prasangka yang sesekali hadir, syukur yang timbul tenggelam, niat yang satu dua kali melenceng dari garis lurus,hafalan yang kian tergerus, bertambah satu hilang beberapa, lalu apa lagi? Aku rasa tak cukup huruf untuk menuliskan rangkaian kesalahan yang terus kau lakukan. Bahkan yang terakhir ini yang kurasa adalah kecemasan tertinggimu, ketika nanti jatah hidupmu selesai, sementara ayat-ayat yang kau coba rekam justru pelan-pelan lepas, dan nanti ketika masanya tiba, ketika orang-orang menaiki anak tangga sesuai dengan jumlah ayat yang dihafalnya, kau justru berada di anakan tangga terbawah tanpa bisa melaju ke atas, menyisakan tangis yang tak lagi ada gunanya. Bukankah ini hal yang paling kau takutkan, pertanggungjawaban atas cita-cita masa kecilmu yang belum tuntas. Dan, oh, aku lupa sesuatu, bukankah genap 30 tahun nanti, kau ingin semuanya kelar. Namun, nyatanya di bilangan empat tahunan lagi menuju angka 30, kau bahkan belum menyimpan separuhnya di kepalamu, konon lagi hatimu yang hitam berkerak itu. Atau, jangan-jangan kau memang tak pernah terpilih membersamai mereka, orang-orang yang pelan-pelan kau temukan di sini, yang kau kenal di sana,  mereka yang kerap mengeja ayat-ayat baru setiap harinya. Menambah satu dua keirian yang diperbolehkan di dalam keyakinanmu.

Aku kira masih ada waktu mengikis kerak-kerak itu.  Bagaimana bisa kau memasuki Ramadhan tanpa persiapan, berharap hatimu kembali bersinar di Idul fitri, sementara orang-orang yang wajah dan hatinya bercahaya memasuki Ramadhan dengan suka cita.  Bersebab persiapan mereka sudah lebih matang. Jauh-jauh hari mereka mengeruk kerak dosa dengan ragam kebaikan, taubat yang tak henti-hentinya, sampai-sampai aku mendengar di setiap sudut mesjid pun malam di sepertigaan malam, isak tangis mereka melangit : meminta keberkahan usia , keampunan, dan kelayakan  hingga Ramadhan layak mereka masuki. Hati mereka turut berbicara, air mata mereka  merangkai kalimat, lisan mereka tak luput meminta ampun, kembali meminta kepantasan, merayu agar turun kesempatan baik itu : menjadi tamu di bulan yang sungguh mulia. Sementara kau, di sini, dengan tawa lebarmu yang (kurasa)  menjadi penyebab sulitnya  menambah satu dua ayat dengan lebih cepat, secepat dulu, ketika kau mampu menemukan celah di antara kesibukanmu, menyisakan jeda teramat khusus untuk menuntaskan rencana masa kecilmu, hanya bisa menanam cemburu atas kenikmatan tangis mereka.

Ini bukan hanya perkara meminta jatah hidup disampaikan ke gerbang itu, namun kerak dosa yang cukup karatan ini kurasa menjadi penyebab kau pesimis bahwa kau termasuk orang yang layak (lagi) bersanding mengejar gelar taqwa bersama orang-orang baik yang Allah pilih hati mereka menjadi semakin bercahaya.

 Masih ada sisa waktu untuk meminta dan menebus dosa-dosa di masa lalumu (jika jatah hidupmu tidak berakhir sebelum Ramadhan datang), semoga saja Allah berkenan memasukkanmu ke dalam golongan orang-orang yang layak memasuki gerbang Ramadhan. Kau tahu, aku akan lebih senang jika mendengar ada ayat yang terekam lebih banyak lagi di bilangan Ra’jab dan Sya’ban ini, Jumlah rupiah yang lebih tinggi nominalnya untuk mereka yang terselip rezekinya di bagian yang kau miliki, atau kebaikan lainnya yang makin menjulang.  Anggap saja sebagai modal untuk masuk ke gerbang yang benar-benar beraroma kebaikan di dalamnya.


Semoga kau, aku, kita dan mereka sama-sama punya kesempatan bertemu kembali dengan Ramadhan Kariim, semoga luntur kerak-kerak dosa yang makin menghitam ini.

Asrama ITB Jatinangor
4 mei 2014
di sela-sela tugas baca Biokonservasi


0 komentar:

Posting Komentar