Minggu, 12 Januari 2014

start hari ini


Aku tahu, hari ini digigil jatinangor yang masih saja setia berkarib garis-garis serupa jarum dari langit, hatimu kembali basah. Mengenang satu dua, bahkan beberapa keajaiban yang kerap kali kau alami di jalan yang kerap kau sebut-meski ini memang benar-kian menepi. Kau ingat bagaimana selama setahun penuh di angka 2013, kau yang kerap merasa kepala dan gerakmu terperangkap dalam kediaman tak berarti, meminta diizinkan menggali berkotak-kotak pengalaman di luar ruang kerjamu kala itu.Saat itu kau berkata dengan nada yang sama sekali bukan tidak bersyukur, bahwa sejak awal kepulanganmu kau ingin mengabdi dengan jalan yang berbeda. Mengabdi sesuai kemampuan, bukan berdasarkan tolok ukur ijazah ataupun nilai yang tercetak di dalamnya. Namun, bila dalam hitungan hari berjumlah dua tahun, keberadanmu tidak berarti apa-apa, maka kau dengan segudang keyakinan yang entah dimana kau pinjam mengatakan dengan tegas bahwa kau akan pergi lagi.

Berulang kali kau berkabar seperti ini dengan teman-teman terbaikmu yang terpisah jauh, beberapa kali kau singgung bahwa kau akan pergi di depan teman-teman barumu. Bahkan , ketika kau sendiri tak yakin akan pergi kemana, tetap saja lidahmu licin menelurkan satu dua kalimat serupa maknanya. Seakan-akan kau berkata, bahwa ini adalah do’a yang diam-diam sepanjanng tahun kau pinta.
Setiap kali kau merasa terzalimi, sejujurnya aku ingin tertawa, mendapati kalimat do’a serupa yang selalu kau ulang-ulang.  Izinkan pergi lebih jauh, menimba satu dua pengalaman,  entah dengan cara ajaib apa. Lebih dari hitungan jari kau sebut negara jauh itu. Negara yang bahkan bahasa pengantarnya saja tak kau kuasai,  namun tetap saj akau serahkan kebaikan terutama pada sang pemilik takdir. Satu hal yang membuatku tergelak, ketika kau benar-benar kehilangan cara untuk pergi, mencairkan isi kepalamu yang teramat beku dengan aktifitas yang itu-itu saja. Kau ingat apa yang kau minta? dijemput saja oleh orang yang bukan berasal dari kota di sekelilingmu. Alasanmu, seingatku kala itu terlalu sederhana, ingin lari  melihat banyak hal baru, menuliskannya.
Lalu sekarang ketika jawaban itu berbinar seperti ini, menemukan jalan menggali kotak-kotak rahasia di tanah yang berbeda, jangan kata kau urung menyelesaikan huruf-huruf yang kau janjikan selesai.  Selamat menulis kembali seperti ketika kau berjuang menuntaskan tugas akhirmu di tangga sarjana dulu. 


Jatinangor, 12 januari 2014

4 komentar:

Husna Right mengatakan...

follow blog gue juga http://husnaright.blogspot.com/ :)

Anonim mengatakan...

sedang melacak sahabat lama, apa kabar?
komen postingnya nanti nyusul ya

coffee crispy mengatakan...

@husna udaaah

coffee crispy mengatakan...

@pak sunarno waah...senang dikunjungi lagi , :)

Posting Komentar