Tercatat terakhir kali saya menulis dengan serius pada tahun
2012. Merampungkan dua fiksi panjang namun secara keseluruhan tidak bisa
dikatakan rampung. Seluruh ide utama sudah tertuang, tetapi blokade itu seakan
hadir tepat ketika saya ingin mengirim ke beberapa penerbit yang sudah saya
list sejak lama. Satu berhasil meluncur dua kali, sementara naskah panjang
lainnya masih belum berhasil menembus blokade bernama diattach file-kan ke
email.
Menulis itu gampang-gampang susah. Gampangnya kalau kita
bisa memposisikan diri sebagai penulis tanpa beban. Melepaskan ide yang
menggantung di kepala, tanpa peduli apakah nantinya ide yang kita tuliskan akan
layak dibaca, menarik dan bahkan dalam skala lebih jauh: layak diterbitkan oleh
penerbit mayor.
Kalau hanya ingin diterbitkan, bukankah sekarang ini menjamur
hadirnya penerbit-penerbit indie? Tentu, kalau sekedar ingin dipublish secara
cepat tentu saja penerbit indie menjadi solusi. Namun, berhubung saya sudah
empat kali ditipu penerbit indie, jujur saja secara personal tidak lagi
tertarik bekerjasama dengan penerbit seperti itu. Tidak enak loh, ditipu orang,
serius, apalagi kalau kita sebut dunia kepenulisan ini adalah dunia kerja. Sesama
rekan kok saling menipu?
*semoga saja tidak perlu berurusan lagi dengan
penerbit jenis itu, yang secara tidak langsung membuat saya menjadi phobia
setiap kali ingin mengedit naskah. Kadang kala bisikan tak sedap muncul
tiba-tiba ; bagaimana kalau ditipu lagi, bagaimana kalau naskah ini justru
dibajak?
Susahnya menulis apa?
Nah, kalau saya ditanya apa yang paling susah dari menulis,
maka jawabannya adalah ketika dengan mudahnya jemari yang semula mengetik
rangkaian aksara sampai berlembar-lembar harus menjadi pembunuh paling kejam. Memperbaiki
kata-kata yang cacat atau bahkan membabat sampai tak bersisa sederet kata atau
pun kalimat yang mubazir. Jauh hari sebelumnya dengan ringannya kata dan
kalimat meluncur, namun ketika proses pengeditan dimulai dengan ringannya
tombol backspace ditekan.
*ini bagian
yang paling berat saya rasa, namun harus dilakukan dengan tegas.
Tapi, susah loh mulai nulisnya. Tidak tahu harus memulai
dari mana.
Tips yang saya kantongi sejak lama adalah tulislah apa
yang kau ketahui, apa yang paling dekat dengan kehidupanmu saat ini. masalah
memulai, lupakan segala format penulisan yang diajarkan di bangku sekolah,
tulis saja apa yang ada di kepala saat kertas atau laptop sedang kau pegang.
Baiklah, sehubungan adanya even menulis yang saya rasa cocok
dengan tema yang ingin saya usung, maka sebenarnya tulisan ini ditujukan untuk
saya sendiri yang sering masih diserang rasa malas merevisi.
Selamat menulis kembali
Lantai 4, Asrama ITB Jatinangor
5 mei 2014
0 komentar:
Posting Komentar