Selasa, 04 Februari 2014

Road from ITB ( Ekstraksi Artikel Ilmiah)




Baiklah, mari kita berbincang lagi sejenak. ya, kita berdua saja, kau dan aku. Aku sungguh tak ingin kusut kepalamu semakin menggulung keinginan berbeda yang kau gotong kemari sejak awal, maka kali ini aku kembali mengajakmu bicara dalam riuh yang padam. Aku ingin kau meresapi kembali tujuan keberangkatanmu kembali. Yang sama sekali tidak mengekori teman-teman baikmu di sini.

kau masih ingat bukan, perkara apa yang menyebabkan keinginan s2mu, yang sudah kau delete dari peta hidup, tiba-tiba dengan segunung keyakinan membuatmu berjalan tegak, mengatakan dengan lantang bahwa kau akan menerima tantangan ini. Pindah jalur, meski setelah memasuki masa 1 semester ini, kau justru nyaris meledak. Menemukan mimpi-mimpi masa lalumu ternyata dijawab pelan-pelan di sini. dan bahkan, aku tahu ini dengan pasti, ketika kau semakin menyadari bahwa segala yang sekarang kau genggam murni hanya titipan semata yang kelak ketika kafan benar-benar terbeli harus kau pertanggungjawabkan tanpa sedikitpun bisa mengelak. Ah, kalau aku mengingat hari-hari pertama di sini yang membuat hatimu kembang, aku tahu bahwa sebenarnya kau sama sekali tidak takut, bahwa kau sudah siap dengan segala konsekuensi. Menang atau kalah, namun tidak dengan memilih mundur di tengah jalan. (kutegaskan ini di sini, agar kelak ketika semangatmu padam tiba-tiba, kau bisa menemukan jejak keinginanmu di tulisan ini, agar kau tak perlu meraung-raung menemukan diri yang tak lagi berbentuk semangatnya)




Ok, baiklah, kurasa aku tak perlu menyebut dengan jelas perkara lama tersebut. kau menemumkannya sekejap sebelum pengumuman program ini dikabarkan oleh seorang teman. Kau yang ragu-ragu meminta dibukakan jalan atau ditutupkan jalan kemari, tiba-tiba seperti tersengat arus listrik bertegangan tinggi yang berefek kepada keinginanmu mengikuti jejak seseorang itu.
Seseorang itu seorang peneliti, dosen yang tak asing namanya bagi pemburu beasiswa ke negeri kangguru. Kau menemukan keajaiban, sebuah alasan, kenapa sekolah harus terus bersambung. Tidak boleh diakhiri begitu saja karena kemalasan atau ketakutan tak jelas yang kau speakerkan benar adanya.

Kau terpana, bukan? Menemukan ada peneliti yang tidak hanya mahir menuliskan artikel ilmiah, yang kemudian hanya bertumpuk menjadi file-file terabaikan tahun demi tahun. Maksudku terabaikan oleh orang awam sepertiku yang sama sekali tidak terlalu ambil pusing dengan publikasi yang kau dan teman-temanmu gaungkan.

-aku menelan ludah, tertohok-
  
Oke, baiklah kurasa aku juga tak punya banyak waktu berbincang denganmu, jadwal terbangku sudah dekat. Kuringkas saja apa yang ingin kukata hari ini :
Jangan sampai kau lupa, bahwa kau tak hanya sekedar belajar dan ujung-ujung Cuma menghasilkan satu dua tiga tulisan ilmiah yang mesti kau publikasikan demi sehelai kertas bertuliskan namamu.Sejak awal kau ingin mengekori jejak dia, yang mampu menuliskan riset beratnya dengan bahasa yang sangat sederhana, berlembar-lembar lebih banyak dari pada lembar publikas wajibnya.

Semua membuat matamu terbuka, bahwa hasil penelitian ilmiah bukan hanya milik mereka para peneliti, tapi masyarakat luas yang seharusnya juga mengetahui dan merasakan efek dari riset-riset di labroratorium yang kau dan teman-temanmu sudah maupun akan lakukan.

Bukankah kau dulu setuju? Bahwa seorang peneliti memiliki tanggung jawab tidak sebatas publikasi ilmiah, namun aplikasi dalam setiap aspek yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Bukan hanya tumpukan file yang dengan gampang dicari di mesin pencari.

Lalu kemudian, ketika si awam seperti aku ingin merealisasikan hasil pnelitian kalian, aku harus menggingit jari karena buta sama sekali. Dan mencari kalian untuk menjelaskan banyak hal mengenai riset kalian adalah seperti mencari jarum ditumpukan jerami, alasan klasik akan muncul : bahwa kau dan teman-temanmu sibuk menemukan hal-hal baru selanjutnya.

Kumohon kau jangan lupa ini, bukan laboratorium lahan akhir yang kau tuju, tetapi pengabdian untuk masyarakat luas atas hasil riset yang ingin dan sedang kau rencanakan sekarang. Maka, jernihlah berfikir. Pulanglah kembali ketujuan awalmu, jangan sampai di akhir masa studimu, kau justru menangis di saat yang lain tertawa senang karena menggotong sehelai kertas bertuliskan nama masing-masing. Sementara yang kau dapati hanya kertas itu saja, tanpa kesiapan mengabdi yang lebih kuat. Tanpa kemampuan komunikasi untuk mengajak masyarakat tergerak menggunakan hasil publikasi ilmiah kau dan teman-temanmu ke dalam kehidupan mereka.

Jatinangor, Asrama ITB
5 februari 2014

0 komentar:

Posting Komentar